Bukan Gajah Mada, Berikut adalah 9 Sekolah Paling diburu pada Masa Kolonial Belanda -meneketehe -->

Iklan Semua Halaman

Advertisement

Bukan Gajah Mada, Berikut adalah 9 Sekolah Paling diburu pada Masa Kolonial Belanda -meneketehe

andini.spotlite
Monday, January 04, 2021
Ditulis Oleh:Nurfalakia, 16:44 WITA
HBS,ELS,HIS,ongko loro,ongko siji,STOVIA

        image by@mclee from unsplash.com

Semboyan yang bertuliskan verboden voor honden en inlande yang memiliki arti "dilarang masuk anjing dan pribumi" menjadi tamparan hebat bagi rakyat pribumi untuk mendapat pendidikan.

Sistem pendidikan berjenjang di Hindia Belanda mulai diperkenalkan oleh kolonial Belanda atas perintah dari ratu Wilhelmia pada 1899.

Namun sayang,dalam manifestasinya sistem pendidikan yang diterapkan sangat kental dengan sistem kasta dan dualisme, di mana rakyat pribumi yang memilki hak privilese atas tanah kelahirannya sendiri mendapat perlakuan diskriminan.

Adanya surat dari menteri jajahan, Fock pada 15 September 1905 no.12/2733 agar sekolah rakyat dibuka untuk pekerja swasta menjadi awal yang baik bagi rakyat pribumi bawahan untuk memperoleh pendidikan.

Berikut adalah beberapa sekolah pada masa Hindia Belanda: 

1.ELS (Europeesche Lagere School)  

Sekolah ini pertama kali didirikan pada 24 Februari 1817 di Batavia,setingkat dengan sd sekolah ini memiliki masa belajar selama 7 tahun,namun sekolah ini hanya diperuntukkan bagi anak anak Belanda yang menetap di Hindia Belanda saja.

Banyaknya klaim dari pihak pribumi dan kalangan priyayi (kaum bangsawan jawa) yang ingin menyekolahkan anak mereka ke tempat yang layak membuat Belanda mau tidak mau membuat kebijakan baru.

Pada 1903 Belanda mulai menerima rakyat pribumi namun dengan syarat tertentu,  syarat utamanya adalah mereka yang ingin bersekolah di sana wajib berasal dari kaum ningrat atau mereka memiliki darah keturunan Belanda.

Keadaan ini membuat rakyat gigit jari mereka harus mencari cara agar dapat diterima di sekolah tersebut, Supratman yang kita kenal saat ini sebagai pencipta lagu Indonesia Raya adalah salah satu jebolah sekolah ELS, Supratman yang berdarah asli pribumi dibantu oleh sang ipar, Van Eldik mengakali nama supratman dengan menambah kata W.R atau Wage Rudolf Supratman agar terdengar seperti cap Belanda.

Selain Supratman juga ada Gatot Subroto, pahlawan banyumas ini pernah baku hantam dengan teman kelasnya lantaran tak dapat menerima perlakuan yang semena- mena akhirnya di usir dari sekolah tersebut.

tokoh lain yang juga pernah bersekolah di sini adalah presiden Ir.Soekarno, Ki Hajar Dewantara, A.A Maramis, Ahmad Soebardjo Arnold Mononutu dan Dr.Supomo.

keistimewaan bersekolah di ELS adalah mereka dapat langsung diterima di HBS dan jenjang yang lebih tinggi seperi STOVIA dan NIAS juga dapat melanjutkan pendidikan luar negeri seperti akademi atau universitas tinggi, selain itu bagi mereka yang ingin langsung berkarir setelah lulus dari ELS berkesempatan menjadi sersan KNIL dan ambtenar.

2.HIS (Hollandsch-Inlandsche School) 

Dibentuknya HIS dapat membuat rakyat pribumi sedikit bernapas lega, sekolah ini juga merupakan sekolah populer kala itu,  namun tetap saja rakyat pribumi di sini diwajibkan dari kalangan bangsawan priyayi.

Adapun syarat utamanya adalah orang tua siswa harus memiliki penghasilan sebesar f75 setiap bulannya.

Pertama didirikan pada 1914 oleh pemerintah belanda sekolah ini juga setingkat sd dan memiliki masa belajar 7 tahun dengan bahasa pengantar yaitu bahasa Belanda,di sekolah ini diajarkan menulis, membaca dan berhitung.

Siswa yang telah lulus dapat melanjutkan pendidikannya di MULO yaitu sekolah setingkat SMP.

Tokoh yang menamatkan pendidikaanya di sekolah HIS yaitu Bung Tomo (Sutomo).


3.HCS ( Hollandsch Chineeche School) 

Pembentukan sekolah HCS yang khusus untuk imigran Cina dilatarbelakangi oleh kekhawatiran pemerintah Belanda atas organisasi yang dibentuk penduduk Cina di Hindia Belanda kala itu.

Organisasi itu bernama THHK (Tung Hoa Hwee Kwan)  terdiri dari kelompok etnis tionghoa melahirkan bentuk ancaman bernada anti-kolonial ,mereka geram dengan tindak tanduk Belanda dalam menjalankan roda pendidikan.

Akhirnya pada 1908 di Batavia,Belanda membentuk sekolah khusus bagi etnis tionghoa bernama HCS atau Hollandsch Chineeche School,yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana berupa gedung,  perlatan sekolah,buku buku dan sekolah lanjutan.

HCS setingkat ELS yang juga memiliki kurikulum dan masa pendidikan yang sama, bedanya ELS tidak diajarkan bahasa Inggris.

4.MULO ( Meer Vitgebreid Lager Onderwijis) 

Setelah menamatkan sekolah di HIS atau HCS atau VVS  siswa dapat melanjutkan sekolah mereka di MULO yaitu sekolah setingkat smp dengan masa belajar selama 3 tahun sekolah selain yang disebutkan di atas akan mendapat masa tambahan selama 1 tahun.

Sekolah ini pertama kali didirikan di Surabaya pada 1916,lalu pada tahun 1930-an sekolah ini sudah tersebar dihampir seluruh kabupaten di Jawa dan juga tersebar di sebagian kecil di luar Jawa.

Adapun mata pelajaran MULO terdiri dari membaca, bahasa Belanda, berhitung, sejarah (Belanda), sejarah dunia,geografi, ilmu alam, bahasa Prancis,Bahasa Inggris, bahasa Jerman dan menggambar.

Tokoh jebolan dari MULO antara lain adalah Muhammad Hatta, Sutan Syahrir, Soegondo Djoyopuspito yang tak lain adalah salah satu tokoh penting lahirnya sumpah pemuda,selanjutnya ada Tahi Bonar Simatupang, Donald Izacus Pandjaitan dan Muhammad Yamin.

5.AMS ( Algemeene Middlebare School) 

Setelah menempuh pendidikan di MULO selanjutnya adalah menempuh pendidikan di AMS yaitu sekolah menengah atas setingkat sma dengan lama belajar yaitu 3 tahun .

Pertama didirikan di Yogyakarta,sekolah ini resmi dibuka pada 5 Juli 1919, demikian mengutip dari journalstudent.uny.ac.id

Kurikulum yang dijarkan di AMS sudah mencakup ilmu alam, ilmu pasti, ilmu kimia, ilmu pesawat, tata negara,kosmografi, ilmu botani, ilmi bumi, bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Prancis, sejarah, menggambar mistar, menggambar tangan dan olahraga.

6.HBS (Hogere Burger School) 

serupa dengan ELS, HBS merupakan sekolah yang diperuntukkan bagi orang orang Eropa dan keturunan eropa juga dari segelintir orang yang bergelar priyayi, bedanya jika ELS setingkat sd maka HBS setingkat smp dan sma

HBS merupakan sistem pendidikan gabuangan dari smp dan sma yang memiliki lama belajar selama 5 tahun, setelah lulus mereka akan diberi kesempatan penuh akan melanjutkan perkuliahan atau memilih berkarir saja.

HBS didirikan pada 1875, sebelum berganti nama awalnya sekolah ini bernama Gymnasium Willem III di Batavia pada 1860.

Kurikulum HBS yaitu berhitung, aljabar, matematika,botani, biologi, sejarah, geografi, bahasa Prancis,bahasa Jerman, bahasa Inggris,menggambar tangan dan olahraga.

Tokoh pahlawan yang pernah bersekolah di HBS antara lain Muhammad Husni Thamrin,Ernest Eugene Francois Douwes Dekker (Dr.Danuarija Setiabudi) Hj.Agus Salim dan ir.Djuanda

7.STOVIA (School tot Opleiding van indesche art sen) 

Dikeluarkannya surat keputusan Gubernemen no.22 pada 2 Januari 1849 menjadi cikal bakal terbentuknya STOVIA, pandemi penyakit cacar diseluruh dunia yang juga berdampak di Hindia Belanda semakin merajalela mengharuskan pemerintah Hindia Belanda gencar membentuk tenaga medis tambahan yang juga dari kalangan pribumi.

Pada 5 Juni dibentuklah suatu badan atau sekolah yang diberi nama "Dokter Djawa" yang mencakup segala jenis pelajaran tentang kesehatan cacar seiring berjalannya waktu akhirnya pada 1898 Dokter Djawa dirubah menjadi STOVIA atau School tot Opleiding van indesche art sen yaitu sekolah kejuruan ilmu kedokteran.

Dr.Wahidin Soedirohoesodo dan Dr.Soetomo adalah 2 tokoh yang paling berpengaruh lulusan STOVIA, selain itu juga ada Soeleman, M.Soewarno,Goenawan Mengoenkoesoemo, Angka Prodjosoedirdjo,Muhammad saleh,Dr.Muwardi dan Soeradji.

Tahun 1941 adalah tahun di mana sekolah ini terhenti akibat perang dunia kedua, oleh Prof.Ogira Eiseibucho asal Jepang sekolah ini aktif kembali dengan berganti nama menjadi Ika Daikagu pada 29 April 1943 yang kemudian saat ini kita kenal dengan nama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

8.Ongko Loro (de scholen der tweede klasse) 

Sekolah HIS atau ongko siji merupakan sekolah  yang diperuntukkan untuk rakyat pribumi yang memiliki derajat tinggi yang berasal dari kalangan bangsawan ,di bawah ongko siji ada ongko loro yaitu sekolah khusus pribumi yang berpenghasilan menengah ,ongko loro sendiri memiliki arti yaitu sekolah kelas 2.

setelah ongko loro ada ongko telu atau sekolah tingkat 3 yang merupakan sekolah khusus pribumi paling rendah.

Berbeda dengan HIS sekolah ongko loro hanya memiliki kesempatan belajar selama 3 tahun, bagi siswa yang ingin melanjutkan pendidikannya ke tingkat selanjutnya harus terlebih dahulu menamatkan sekolahnya di Schakel School agar sederajat dengan HIS.

Sekolah ini didirikan di Surabaya pada 1895 atas inisiatif dari menteri Fock kepada gubernur Jenderal Van Heuts agar sekolah rakyat bagi pekerja swasta terbuka lebar 

Tokoh yang pernah bersekolah di sini adalah Soeharto,Hamka dan Adam Malik.

9.Technische Hoogeschool te Bandoeng (TH te Bandoeng) 

ITB yang saat ini kita kenal dulunya bernama Technische Hoogeschool te Bandoeng,pertama kali didirikan pada 3 Juli 1920 atas inisiatif dari pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Kekurangan tenaga teknis menjadi latar belakang sekolah ini dibangun, Belanda merasa dengan mendatangkan tenaga teknis luar negeri harus merogoh kocek lebih dalam lagi.

Untuk mendapat gelar Insinyur waktu yang dibutuhkan yaitu 4 tahun, dulunya kampus ini hanya terdiri dari 3 afdeling yaitu sipil,kimia dan mesin dan listrik.

Saat masuknya Jepang ke Hindia Belanda THS sering berganti nama mulai dari BKD / Bandung Kogyo Daigaku, barubah lagi menjadi SST kemudian Universiteit van indonesie akhirnya pada 2 Maret 1959 pasca kemerdekaan pemerintah Indonesia meresmikan berdirinya ITB (Institut Teknologi Bandung.

Penutup 

Berbeda dengan jaman sekarang banyak pengangguran merajalela meskipun telah menyandang gelar sarjana,alasan mengapa rakyat pribumi berjuang mati matian agar mereka dapat diterima di sekolah adalah meskipun mereka lulusan sekolah dasar mereka memiliki kesempatan bekerja di bidang militer, pegawai negeri, bahkan kedokteran.

sarjana pribumi pada masa penjajahan hindia belanda amat sangat langka, banyangkan saja diketahui 90 persen penduduk buta huruf dan hanya 10 persen dari mereka yang dapat mengenyam dunia pendidikan di masa itu.

sumber bacaan